Surat untuk calon imamku

Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku… wanita yang siang malam mendo’akanmu. Entah harus darimana kujelaskan semuanya, sungguh.. untukmu imajinasiku menjadi kaku.. aku tak sanggup berkata banyak. Bukan, bukan karena kau tak layak dibahasakan. Justru karenamu, jutaan kata yang pernah terurai panjang lebar menjadi bisu. Aku tak berdaya melawan ketidaksanggupanku. Di hadapanmu… aku hambar.
.
.
Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku… wanita penuh kekurangan yang hilang di antara indah dunia. Sudahkah kau menatapku dengan baik ? Sudahkah kau melihatku dengan jelas ? Bahkan, sudahkah kau memperhatikanku lebih dekat ? Bagaimana bisa kau memilihku ? Bagaimana mungkin aku ? yaaah… inginku bertanya lembut di hadapanmu, ketika tiba masanya kita dipertemukan, dan jika aku sanggup..
.
.
Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku… wanita lemah, dengan iman dan hati yang compang camping. Bersediakah kelak kau membimbingku, menjadikanku lebih dekat dengan Rabb ku ? Menjadikan Syurga lebih dekat dengan kita ? Maukah kau dengan sabar menuntunku, menjadi pendampingmu sepanjang suka  dan duka dunia ? Sanggupkah kau bersamaku ? Bersama segala kurangku, aibku, khilafku, dan keburukan ku ? Yakinkah kau memilihku, di antara bidadari dunia yang jauh lebih menawan dan sholehah ? Bagaimana jika aku tidak seperti yang kau bayangkan ? Akankah kau menyesal ?
.
.
Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku.. wanita yang akhirnya tak sanggup menahan air mata, ketika surat ini nyaris selesai kutuliskan. Aku tak tahu, benarkah kita akan bersama sebagai jodoh, sekedar kenal sesaat, atau bahkan hanya singgah di antara beberapa episode hidupmu. Aku pun tak mengerti, mengapa waktu begitu lama membuatmu menemukanku. Namun, jika benar kau memilihku, berjuanglah untuk segera datang….. sebab di matamu, ku melihat ada masa depan ku.

Dari aku, yang menunggumu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meromantisasi Kesedihan

Kenapa Kau Mencintainya?

Untukmu yang Memutus Hubungan dan Komunikasi