Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Menceritakan Tentangmu Yang Tak Bisa Kuceritakan

Saat lebaran dulu aku berbangga dengan hubunganku denganmu Kini, aku semakin berbangga karena hubunganku dengan Allah Karena, aku berpikir Ternyata cinta itu cukup Allah dan diri saja yang punya Jika dimiliki berdua, aku pikir itu bukan cinta Tapi sekedar berbagi rasa. Karena cinta sejatinya murni hanya berisi kebaikan saja Tidak terdapat didalamnya dosa Ya, seperti cinta Allah dan Rasul-Nya Karena rasa itu butuh balasan Karena rasa itu butuh kepekaan Bukan alasan dan bukan perjanjian Dan aku menceritakan tentangmu yang tak bisa ku ceritakan Pada orang tuaku Pada teman-temanku yang mengenalmu Pada dunia yang tak asing padamu Aku tak bermaksud menyembunyikanmu Aku hanya ingin kau terjaga dari dosa ghibah itu Ya, aku memendam semua kisahmu untuk ku kisahkan Aku memilih diam saat banyak pertanyaan yang membahas dirimu Karena jodoh telah di takdirkan Sebagaimana rejeki dan kematian Aku hanya bisa mengharapkanmu lewat diamku Mendoakanmu dalam hening malamku M

MENANGISLAH SEBELUM RAMADHAN PERGI

Gambar
Menangislah , Sebelum Ramadhan Pergi... Kita pernah berjanji mengkhatamkan Al-Qur'an Setelah Ramadhan di akhir hitungan, kita tak jua beranjak dari juz awalan. Menangislah , Sebelum Ramadhan Pergi... Kita pernah berjanji menyempurnakan qiyamullail yang bolong penuh tambalan Setelah Ramadhan di akhir hitungan, kita tak jua menyempurnakan bilangan. Menangislah , Sebelum Ramadhan Pergi... Kita berdoa sejak Rajab dan Sya'ban agar disampaikan ke Ramadhan Setelah Ramadhan di akhir hitungan, Ternyata masih juga tak bisa menahan dari kesia-siaan Ternyata masih juga tak bisa menambah ibadah sunnah Bahkan.. Hampir terlewat dari menunaikan yang wajib Menangislah Ikhwan Akhwat, Menangislah wahai saudaraku. Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir Bahwa ada satu hamba yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena Sehingga Ramadhan yang mulia pun tersia-sia. Menangislah , Dan tuntaskan semuanya malam ini, atas i'tikaf yang belum juga kita kerjakan. at

Bumi Manusia Lahir dari Tangan Orang yang Tiga Kali Dipenjara

Gambar
Pramoedya menulis Bumi Manusia di Pulau Buru (1969-1979), tetapi dia sudah menyiapkan bahan-bahan penulisannya sebelum 1965. Pramoedya Ananta Toer mendekam selama 10 tahun di Buru, pulau seluas 847.320 hektar yang dijadikan kamp konsentrasi tahanan politik (tapol) oleh Orde Baru. Selama di Buru, Pramoedya, begitu pula ribuan tahanan lainnya, bekerja tanpa dibayar mulai dari memotong kayu, membuat sawah berikut irigasinya, hingga mengerjakan lahan milik pejabat kamp tahanan. Makanan yang mereka santap juga seadanya. Bahkan, dari hari ke hari, kualitas dan kuantitas makanan yang diterima semakin buruk. "Aku mulai makan tikus yang terlalu banyak terdapat di sini, kecil-kecil, hidup di bawah alang-alang, juga telur kadal untuk tidak punah karena turunnya gizi, kualitas, dan kuantitas makanan," ujar Pramoedya lewat kumpulan surat pribadinya selama di Buru Nyanyi Sunyi Seorang Bisu Jilid I & II. Pram, begitu dia akrab disapa, ditahan pada 13 Oktober 1965, tiga belas h