LAUTAN PLASTIK



Jadi, untuk kali ini saya akan membahas, mengulas, menceritakan atau berbagi kembali apa yang sudah saya dapatkan dari kunjungan ke @america.
Awalnya ini adalah sebuah tugas akhir, namun sepertinya ini akan tetap relevan dalam waktu yang panjang.
Jangan merasa segan dahulu untuk membaca.
Ayolah jangan hanya lebih banyak nonton film, tapi juga baca.
Berikut tulisan terbaru dari saya~

Kita kerap kali melihat banyak sampah plastik dimanapun. Namun, apa kalian tahu bahwa polusi laut ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia?
Dunia dipenuhi plastik. Di dalam mobil dan karpet kalian, kalian membungkusnya di sekitar makanan yang kalian makan dan hampir setiap produk lain yang kalian konsumsi; ini telah menjadi pelumas utama dari globalisasi - tetapi ini juga mencekik masa depan kita dengan cara yang hampir tidak kita sadari.

Plastik saat ini adalah salah satu polutan paling umum dari perairan laut di seluruh dunia. Didorong oleh angin, pasang surut dan arus, partikel plastik terbentuk dengan puing-puing lainnya menjadi zona sirkulasi arus skala besar, yang dikenal para ahli kelautan sebagai gyre/gira yang terdiri dari sebanyak 40 persen permukaan laut planet - kira-kira 25 persen dari seluruh bumi.

Kita tahu bahwa plastik terurai sangat lambat, memecah menjadi bagian-bagian kecil dalam proses berabad-abad.
Kita tahu bahwa puing-puing plastik terjerat dan perlahan-lahan membunuh jutaan makhluk laut; bahwa ratusan jenis plastik menjadi makanan alami mereka, menelan racun yang menyebabkan kelainan hati dan perut pada ikan dan burung, sering mencekik mereka sampai mati.
Kita tahu bahwa salah satu ikan umpan utama di lautan, ikan lentera, memakan banyak sekali pecahan plastik, mengancam masa depan mereka sebagai sumber makanan bergizi untuk tuna, salmon, dan ikan pelagis lainnya yang kita konsumsi, menambah jumlah yang semakin meningkat. Bahan kimia sintetik yang tidak diketahui sebelum 1950 that we now carry in our bodies.

Plastics are a nightmare to recycle.
Mereka sangat sulit dibersihkan.
Mereka dapat meleleh pada suhu rendah, sehingga kotoran tidak menguap. Sampai kita mematikan aliran plastik ke laut, ancaman global terbaru ke zaman Antroposen.
Ini adalah krisis planet. Setelah beberapa dekade yang singkat sejak manusia menggunakan plastik, kita justru merusak ekosistem kelautan.
Selain mengotori lautan, sampah plastik juga dimakan dan meracuni hewan-hewan laut.

Dari hasil informasi yang saya cari dan dapat, ada hasil riset Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, yang dipublikasikan pada tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia menyumbang sampah plastik terbanyak nomor dua di dunia. Pada saat itu, berat sampah plastik yang disumbang mencapai 187,2 juta ton.
Angka ini di bawah China dengan volume sampah mencapai 262,9 juta ton. Kemudian disusul oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Dan juga di pusat pilin Samudra Pasifik, para peneliti menemukan lebih banyak plastik daripada plankton.
Lautan Plastik mendokumentasikan ilmu terbaru, membuktikan bagaimana plastik begitu memasuki lautan, terpecah menjadi partikel kecil yang masuk ke rantai makanan di mana mereka menarik racun seperti magnet. Racun ini disimpan dalam jaringan berlemak seafood, dan akhirnya dikonsumsi oleh kita.

Lingkungan kita kerap kali hanya memandang sebelah mata.
Dan pada akhirnya penjabaran itu menggiring satu konklusi bahwa segelintir masyarakat kita memang masih terasing dari kedisiplinan.
Sikap terasing itu semakin terlihat nelangsa, atau bahkan absurd.
Hanya bisa melihat tanpa memahami.

Kita membutuhkan produsen yang bertanggung jawab atas produk plastik mereka dan saya ingin melihat pola konsumsi yang mendorong semua ini.
Ayo mari bantu dukung, dan sebarkan.
We need a wave of change.


catatan: *Antroposen adalah kala yang bermula ketika aktivitas manusia mulai memiliki pengaruh global terhadap ekosistem Bumi.

Terimakasih untuk siapapun yang sudah mau membacanya sampai akhir.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meromantisasi Kesedihan

Kenapa Kau Mencintainya?

Untukmu yang Memutus Hubungan dan Komunikasi